Kamis, 08 Maret 2012

Kado Terindah‎


Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB, tetapi aku masih asyik mengobrol dan tertawa bersama teman-temanku dikostan ari. Kring…!kring…! hp ku berdering tanda ada sms masuk.

“dhe, sudah malam begini kenapa belum juga pulang? Lagi dimana?”. Sms dari kak Nia yang sepanjang malam selalu mengisi kotak masukku kalau aku sedang tidak pulang kekostan. Kak Nia adalah kakak seniorku disemester 6 tetapi ia sudah seperti kakakku sendiri. Ia pun menyayangiku seperti adik kandungnya sendiri. Malam itu aku larut dalam keasyikan bersama teman-temanku hingga tidak menghiraukan seruan kak Nia untuk segera pulang.

“ kita ke monas yuk” rino menengok kearahku dan memandang semua mata yang juga tertuju padanya. Dengan serentak aku, mina, acy, robby dan ari pun mengiyakan seruannya rino. kami pun berangkat ke Monas. Suasana Jakarta pada Malam hari cukup menarik untuk dinikmati. Keramaian kendaraan bermotor masih tetap terdengar meskipun tidak seramai ketika siang hari yang selalu macet disepanjang titik kota Jakarta. Suasana monas terlihat sepi karena hanya ada beberapa orang saja yang menikmati malam ini bersama kekasihnya. Kami benar-benar menikmati malam ini sampai-sampai lupa waktu untuk pulang.

Waktu pun menunjukkan pukul 03.00 wib dini hari.

“Assalamu’alaikum.”

“Walaikumsalam. Ya Allah dhe kemana saja kamu jam segini baru pulang” dengan cepat kak Nia menarik tanganku untuk masuk.

“ Maaf ya kak. Tadi aku pergi ke Monas sama temen-temenku dan pulsaku habis untuk kasih kabar kakak.”

“ Ya sudah sekarang kamu ambil air wudhu, kita shalat subuh berjamaah dan tilawah”. Kami pun melaksanakan shalat subuh berjamaah bahkan tilawah bersama.

 “beberapa minggu ini kamu sering sekali pulang malam bahkan pagi. Apa yang sebenarnya kamu lakukan diluar sana bersama teman-temanmu itu?” setelah meletakkan mukena dan al-qurannya kak Nia mendekatiku dan duduk disampingku.

“ kami hanya sekedar jalan dan ngumpul-ngumpul bareng kak” aku melepaskan mukenaku dan berbaring di tempat tidur tanpa merapikannya. Kak Nia menghela napasnya dan diam sejenak.

            “dhe, kamu ada disini untuk belajar, meraih gelar dan meraih masa depan yang jauh lebih baik, bukannya menghabiskan waktu yang sia-sia dengan keluyuran malam-malam seperti ini.”

            “ iya kak” jawabku. Kepalaku terasa berat dan sangat mengantuk, jadi apa yang kak nia ucapkan hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Begitu mengantuknya aku, lagi-lagi aku bolos kuliah. Beberapa pesan masuk dan telp tidak aku hiraukan.

 *****

             Kring…! Kring…!

“dhe, kamu lagi dimana? Ini sudah larut malam cepat pulang.” Lagi-lagi sms itu tidak aku hiraukan. Seperti malam sebelumnya, aku ingin bebas bersama teman-temanku. Kali ini aku dan teman-temanku akan  berpesta makan-makan dikostan ari karena hari ini ari berulang tahun. Banyak sekali makanan terhidang begitu juga minumannya. Mataku tertuju pada minuman yang warnanya merah pekat dan baunya sangat menyengat itu. Minuman itu tidak pernah absen dari kebiasaan anak-anak bebas seperti teman-temanku saat berkumpul.

“ayo lah gabung!” rino mengangkat gelas berisi minuman itu kehadapanku. Sesungguhnya aku tahu bahwa minuman itu telah dilarang dalam agama dan jelas-jelas tertulis dalam alquran bahwa khamr itu haram walau setetes pun. Namun, rasa ingin tahuku yang begitu besar juga factor lingkungan yang begitu erat dengan semua itu. Akhirnya kini aku menjadi bagian dari mereka bahkan minuman itu.

Malam pun mulai tergeser oleh matahari pagi. Kabut mulai menyibakkan tirainya dan embun pagi pun mulai menyapa. Kumandang adzan subuh diperdengarkan oleh para muadzin. Orang-orang mulai menyibukkan diri untuk bersiap shalat subuh dan bersiap-siap memulai harinya dengan semangat bekerja dan sekolah untuk menyongsong kehidupan yang jauh lebih baik.

Namun, terkecuali dengan kami yang masih terbaring dalam ruangan yang tidak terlalu besar, berantakan penuh makanan dan minuman. Tubuh-tubuh lemah terkulai tidak berdaya dengan pengaruh minuman membawa kami ke dalam dunia lain pikiran kami, sehingga tidak lagi menghiraukan bahkan mendengar seruan adzan untuk menghadap Allah SWT. Aku pun tidur terlelap bersama teman-temanku. aku tidak lagi hiraukan handphoneku yang terus berdering dengan alarm waktu subuh. Akhirnya matahari menampakkan wajahnya dan waktu menunjukkan pukul 10.00 Wib. Satu per satu mata yang terpejam pun mulai membuka matanya. Dengan keadaan setengah sadar aku pun perlahan membuka mataku dan bangun mencoba mengumpulkan tenaga. Dengan keadaan kepala terasa pusing dan sangat berat, ku raih handphoneku dan kulihat ada 20 panggilan tak terjawab dari kak Nia.

“Mina bangun. Ayo min bangun udah siang”

“ada apaan sich? Masih pusing kepala w nich” dengan mata masih terpejam dan hanya mulutnya saja yang bergerak mina menjawab seruanku.

“kita pulang kekostan loe aja yuk…w mau mandi nich…w ada kuliah jam 1 siang”

“iya. Sekalian ajak acy juga”

            Akhirnya aku, mina dan acy bangun dan menuju kekostannya mina.

 *****

            Seusainya kuliah aku pun pulang kekostanku.

Tok tok tok…

“Assalamu’alaikum”

“Walaikumsalam” kak Nia menghela napas dan menatapku tajam.

“Ya allah dhe, kemana saja kamu semalaman gak pulang? Di telp juga gak di angkat-angkat!” dengan wajah cemas dan kesal Kak Nia menatap wajahku.

“Maaf kak. Semalam aku menginap dikostan mina dan hp aku silent jadi gak tahu kalau kakak telp”

“apa sich yang kamu lakukan diluar sana sampai-sampai lupa waktu untuk pulang?”

“sudahlah kak, aku ini sudah besar jadi aku bisa memilih jalanku sendiri. Aku tahu apa yang aku lakukan dan aku bisa mempertanggungjawabkan semua itu”

“kamu tuh harusnya pikirkan kuliah kamu, pikirkan kedua orang tuamu yang bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliahmu. Jangan sia-siakan waktu kamu dengan hal-hal yang tidak berguna. Walaupun kakak ini bukan siapa-siapa tetapi kakak menyayangimu seperti adik kakak sendiri”

Aku tidak memperdulikan apa yang dikatakan Kak Nia. Rasanya aku ingin marah melampiaskan kekesalanku. Aku bukanlah anak kecil lagi yang harus diatur-atur. Aku meraih tasku dan mengambil beberapa baju ganti.

 “kamu mau kemana dhe?”

“Aku mau menginap dikostan mina. Banyak tugas yang harus aku selesaikan bersamanya”.

“ Berarti kamu gak ikut liqo lagi minggu ini? sudah beberapa kali kamu bolos liqo dhe, masa hari ini bolos lagi sich?”

“Maaf ya kak. Lain waktu aku akan sempetin”

“Ya sudah kalau begitu. Kamu hati-hati dan jangan lupa shalat”

“Iya kak!” aku pun berlalu dengan membawa tas yang berisi beberapa baju dan buku.

*****

Waktu menunjukkan pukul 21.00 wib. Kepalaku terasa sangat berat dan pusing tidak tertahankan. Saat itu, aku dan mina mabuk berat. Rasanya kepalaku terasa pusing dan berat, perutku pun mual. Aku dan mina pulang dari kostan ari ke kostannya mina dengan jalan kaki.

PRAAAKKKK!!!!!GUBRAK!!!!

Rasanya semua terasa gelap dan sepi. Aku tidak merasakan apa-apa lagi dan aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sakit di kepalaku membuat kepalaku sangat berat dan tak tertahankan membuat sekujur tubuhku lemas. Aku berusaha bangun walau mataku tetap tertutup, dan berusaha membuka kedua mataku, ketika aku sadar hal itu sia-sia. Begitu mataku terbuka, ku lihat sesosok orang di sampingku yang tak lain adalah kak Nia yang akhirnya bisa bernafas lega setelah melihatku membuka mata, sempat ku lihat wajahnya yang mencemaskanku. “aku dimana kak?” tanyaku pada kak Nia. Iapun menjawab “Di RS dhe, kamu sudah merasa lebih baik? Semalam kamu dan mina tertabrak mobil angkot yang kakak tumpangi saat kamu mau menyebrang jalan”. “ lalu keadaan mina bagaimana kak?” aku berusaha bangun dari tempat tidurku tapi aku kembali tertidur karena badanku terasa lemah dan kepalaku pusing. Ku lihat kecemasan terlintas diwajahnya kak Nia, akhirnya kak Nia memberiku bantal untuk menjadi sandaran agar aku bisa duduk. “makasih kak”, ucapku. “keadaan mina gimana kak?” sambil menghela napasnya kak Nia menjawab “ Benturan di kepala mina sangat keras sehingga terjadi pembekuan darah dikepalanya dan membuatnya tidak bisa bertahan hidup lagi”. Aku tersentak kaget mendengar apa yang dikatakan kak Nia, aku nggak nyangka ini bisa terjadi, sekujur tubuhku bertambah lemas dan tidak terasa air mata pun tumpah menetes di pipiku. Rasanya sungguh tidak percaya. “ kamu harus bisa ikhlasin mina dan berdoa untuknya agar ia bisa tenang dan berada ditempat yang paling indah disisi Allah SWT”. Mendengar kata-kata kak Nia membuatku tambah menangis dan ku peluk kak Nia. Aku pun meminta kak Nia untuk melihat mina yang terakhir kalinya sebelum ia dibawa pulang dan dimakamkan ditempat kelahirannya disemarang. Aku terenyuh melihat kondisi mina yang terbujur kaku dan pucat seperti itu. Semua keluarganya yang hadir merasakan kesedihan yang sangat mendalam dan aku pun merasakan itu. air mata terus menetes dipipiku, kak  Nia pun membawaku kembali keruanganku. Terlintas dalam pikaranku kalau yang terbaring kaku itu adalah aku, bagaimana akhirnya keluargaku? Bagaimana dengan ketiga adik-adikku? Dan bagaimana aku bisa mempertanggungjawabkan semua itu dihadapan Allah SWT? Aku merasa tidak mempunyai bekal apapun ketika harus berhadapan dengan-Nya. Aku tahu apa yang aku lakukan selama ini adalah salah. Aku sia-siakan waktu hanya untuk bersenang-senang dan memenuhi rasa ingin tahuku saja.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam” tersadar aku dari lamunanku melihat kak Nia dan teman-teman liqo ku datang menjengukku.

“Happy birthday….met milad fiqih” serentak mereka ucapkan dan tersenyum lebar menatapku. Sungguh ada rasa bahagia didalam hatiku dan kehangatan yang tidak bisa aku gambarkan. Mereka semua….mereka hadir membawa kehangatan cinta dan kasih-Mu ya Allah. Dengan tangan-tangan mereka kau ulurkan kasih dan cinta-Mu. Kini aku menyadari sahabat dan keluarga yang sesungguhnya. Sahabat dan keluarga bukan hanya dari aliran darah kandung. Sahabat dan keluarga dapat tercipta dari mereka yang selalu ada disaat kita susah ataupun senang dan yang penting membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi.

“Met milad ade ku sayang. Ini adalah kado dari kami semua, semoga bermanfaat dunia dan akhirat” sambil tersenyum kak Nia memberikan sebuah bingkisan kado kepadaku dan ku tatap semua wajah teman-temanku tersenyum tulus untukku. Perlahan ku buka bingkisan kado itu dan ternyata isinya adalah sebuah ALQURAN terjemahan. “Alhamdulillah. Terima kasih semuanya” hati ini bergetar rasanya, sungguh ini adalah sebuah kado terindah dalam hidupku. Selama ini setiap ulang tahunku selalu dipenuhi dengan barang-barang yang hanya bisa dipakai atau terpajang dikamar saja. Tetapi kali ini, kado ulang tahun kali ini adalah sesuatu yang dapat membuatku menjadi manusia yang lebih baik lagi. Hidayahku hadir dihadapanku dan akan aku jemput kebahagiaan disisi-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar